Tuesday, May 6, 2008

Kembara: Bumi Mesir (bahagian I)



Benteng Qaitbay, Iskandariah, dilihat dari jauh.

Khazanah peradaban masa lalu telah mengangkat Mesir ke pentas sejarah dunia. Kekayaan budaya dan warisan sejarah yang ada, membuat Mesir menjadi luar biasa.

Pyramid dan Firaun, dua kata yang nampaknya sudah lekat dengan Mesir. Setiap orang yang mendengar kata “Mesir” atau akan berkunjung ke Mesir, maka yang terlintas dalam pikiran mereka adalah pyramid atau Raja Firaun. Seolah tak lengkap rasanya, jika wisata ke Mesir kalau tidak mampir ke Pyramid, sekedar “napak tilas” jejak Firaun.

Nampaknya, popularitas Firaun dan pyramidnya benar-benar tak disia-siakan oleh pemerintah Mesir. Dua warisan sejarah ini ternyata menjadi daya tarik yang luar biasa bagi para pelancong asing untuk mau datang ke Mesir. “Dalam tahun 2000, kami dikunjungi 5,5 juta wisatawan asing”, ujar Dr. Mamdouh Baltagi, Menteri Pariwisata Mesir. Kehadiran pelancong sebanyak itu, membuahkan devisa hingga 4,3 milyar USD, atau 11 persen dari keseluruhan pendapatan negara. Tak ayal lagi, kondisi ini menempatkan negara berpenduduk 68 juta jiwa (2000) itu dalam urutan atas negara-negara tujuan wisata dunia.

Sebagai negara tempat kelahiran peradaban pertama tertua di dunia, Mesir memang sangat mengandalkan sektor wisata budaya. Setiap jengkal tanah yang dipijak, seolah mengisahkan peristiwa sejarah tersendiri. Seakan-akan kita berjalan menelusuri sebuah museum raksasa yang menyimpan ribuan peninggalan sejarah berbagai peradaban, mulai dari Mesir Kuno (Koptik), Firaun (Pharaos), Yunani (Hellenisme), Romawi hingga peradaban Islam.

Terutama sejak tahun 1982, pemerintah Mesir nampak serius mengembangkan sektor wisatanya. Jumlah kamar hotel di Mesir ditingkatkan, dari 18.900 pada tahun 1982 menjadi 58.000 pada tahun 1983. Pada tahun 2001, menurut data resmi Departemen Pariwisata Mesir, jumlah itu meningkat lagi hingga 130.000 kamar. Hingga akhir 2002, pemerintah menargetkan penambahan 30 ribu kamar lagi. Sedikitnya 50 obyek wisata andalan, dari mulai kuil-kuil peninggalan zaman Mesir Kuno, hingga wisata pantai yang terbentang di negeri seluas 1.101.499 km2 ini dikelola secara maksimal oleh pemerintah.

Hasilnya, sejak 1992, perkembangan sektor wisata selalu mengalami peningkatan rata-rata hingga 12,5 persen pertahunnya. Selain melibatkan 2,5 juta tenaga kerja, sektor wisata Mesir juga menjadi sumber pendapatan terbesar kedua setelah Terusan Suez. Tragedi 11 September dan teror bom wisata yang marak belakangan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, nampaknya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor wisata negeri Al Azhar ini. Pemerintah Mesir telah mewaspadai hal ini sejak lama. Soalnya, tahun 1997, kawasan wisata utama Mesir, Luxor, pernah digoncang bom teror hingga menewaskan sedikitnya 80 wisatawan asing. Tragedi itu mendorong Mesir untuk memulihkan sektor wisatanya. Dana sebesar 33 juta Euro dikeluarkan dalam rangka pemulihan ini. Penerbangan mancanegara ke Mesir diperbanyak. Berbagai kerjasama luar negeri terutama dengan China dan negara-negara Eropa ditingkatkan. Jaminan keamanan bagi para turis pun diperbaiki. Jumlah polisi wisata juga ditingkatkan.

Pasca tragedi 11 September 2001, wisatawan asing seolah tak pernah sepi. “Paruh pertama tahun 2002, kami dikunjungi 2,5 juta wisatawan asing”, kata Baltagi lagi. Wisatawan terbanyak adalah dari China, yang konon berjumlah hingga 20 persen dari keseluruhan wisatawan.

(dipetik dengan izin dari http://dedepermana.blogspot.com/. bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia)

No comments: